Gus Dur lahir
di Jombang, Jawa Timur, pada 7 September 1940. Gus Dur adalah putra
pertama dari enam bersaudara dari keluarga yang sangat terhormat dalam
komunitas Muslim Jawa Timur. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri
pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Selain Gus Dur,
adiknya Gus Dur juga merupakan sosok tokoh nasional. Kakek dari ayahnya
adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara
kakek dari pihak ibu adalah K.H. Bisri Syansuri pengajar pesantren
pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.
Berdasarkan silsilah keluarga, Gus Dur mengaku memiliki darah Tionghoa
yakni dari keturunan Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara
kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Tan A Lok
dan Tan Eng Hwa merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang
merupakan selir Raden Brawijaya V.
Gus Dur
sempat kuliah di Universitas Al Azhar di Kairo-Mesir (tidak selesai)
selama 2 tahun dan melanjutkan studinya di Universitas Baghdad-Irak.
Selesai masa studinya, Gus Dur
pun pulang ke Indonesia dan bergabung dengan Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada 1971. Gus Dur
terjun dalam dunia jurnalistik sebagai kaum ‘cendekiawan’ muslim yang
progresif yang berjiwa sosial demokrat. Pada masa yang sama, Gus Dur terpanggil untuk berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.
Hal tersebut beliau lakukan demi menjaga agar nilai-nilai tradisional
pesantren tidak tergerus. Karena pada saat itu pesantren berusaha
mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara mengadopsi kurikulum
pemerintah.
Karir Gus dur
terus merangkak dan menjadi penulis untuk majalah Tempo dan Kompas.
Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi
sebagai komentator sosial. Dengan popularitas itu, beliau mendapatkan
banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, hal tersebut
membuatnya harus pulang-pergi Jakarta dan Jombang, tempat Gus dur
tinggal bersama keluarganya.
Pada awal 1980-an, Gus Dur terjun mengurus Nahdlatul Ulama (NU) setelah
tiga kali ditawarin oleh kakeknya. Dalam beberapa tahun, Gus Dur
berhasil mereformasi tubuh NU sehingga membuat namanya semakin populer
di kalangan NU. Pada Musyawarah Nasional 1984, Gus Dur didaulat sebagai
Ketua Umum NU. Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam
mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan
kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah
sekular.
“Tidak penting apa pun agama atau sukumu.
Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang
tidak pernah tanya apa agamamu”
-Gus Dur-
Tiga prinsip dalam hidup Gus Dur yang selalu ia sampaikan kepada orang-orang terdekatnya.
* Pertama : Akan selalu berpihak pada yang lemah.
* Kedua : Anti-diskriminasi dalam bentuk apa pun.
* Ketiga : Tidak pernah membenci orang, sekalipun disakiti.
Gus Dur merupakan tokoh bangsa yang berjuang paling depan melawan
radikalisme agama. Ketika radikalisme agama sedang kencang-kencangnya
bertiup, Gus Dur menantangnya dengan berani. Dia bahkan mempersiapkan
pasukan sendiri bila harus berhadapan melawan kekerasan yang dipicu
agama. Gus Dur menentang semua kekerasan yang mengatasnamakan agama. Dia
juga pejuang yang tidak mengenal hambatan.
Gus Dur dalam pemerintahannya telah menghapus praktik diskriminasi di
Indonesia. Tak berlebihan kiranya bila negara dan rakyat Indonesia
memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas darma dan baktinya.
Layaknya kiranya Gus Dur mendapat penghargaan sebagai Bapak Pluralisme
dan Demokratisasi di Indonesia.
Dikancah internasional, Gus Dur banyak memperoleh gelar sebagai Doktor
Kehormatan dibidang humanitarian, pluralisme, perdamaian dan demokrasi
dari berbagai lembaga pendidikan diantaranya :
* Doktor Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000)
* Doktor Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000)
* Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan
Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Sorborne University, Paris,
Perancis (2000)
* Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat University, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang (2002)
* Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University, Israel (2003)
* Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea Selatan (2003)
* Doktor Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan (2003)
Penghargaan-penghargaan lain :
* Penghargaan Dakwah Islam dari pemerintah Mesir (1991)
* Penghargaan Magsaysay dari Pemerintah Filipina atas usahanya mengembangkan hubungan antar-agama di Indonesia (1993)
* Bapak Tionghoa Indonesia (2004)
* Pejuang Kebebasan Pers
Gus Dur wafat pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi
penyakit, terutama gangguan ginjal, yang dideritanya sejak lama. Sebelum
wafat ia harus menjalani cuci darah rutin. Seminggu sebelum dipindahkan
ke Jakarta ia sempat dirawat di Jombang seusai mengadakan perjalanan di
Jawa Timur. Gus Dur di makamkan di Jombang Jawa Timur.
Selamat jalan Gus Dur
Sumber : http://mujibreyog.blogspot.com/2011/04/biografi-gus-dur-bapak-pluralisme.html
Artikel Lebih Lengkap di :
Sumber : http://mujibreyog.blogspot.com/2011/04/biografi-gus-dur-bapak-pluralisme.html
Artikel Lebih Lengkap di :
0 komentar:
Posting Komentar