OM SWASTIASTU

Semangat Membara Berjiwa Pemenang

Laskar Dewata

BRIGAZ LASKAR DEWATA

Mari Bergabung Bersama Kami

Sekehe Demen BRIGAZ Mendukung Bali Devata

Semangat Puputan

Akan Kembali Menggelora Di Stadion Dipta

TIMNAS MERAH PUTIH

Apapun yang terjadi Merah Putih tetap harus berkibar di langit yang biru

Kamis, 30 Juni 2011

Apakah Aku Seorang Hindu?

 
AYAH, BOLEHKAN AKU BERTANYA KEPADAMU?
Tentu saja.
AKU AKAN MENGAJUKAN BANYAK PERTANYAAN KEPADA AYAH MENGENAI AGAMA KITA
Silahkan ajukan pertanyaan yang kamu inginkan
DARIMANA SAYA HARUS MULAI?
Mulai dengan pertanyaan pertama yang muncul dalam pikiranmu
OK. APAKAH AKU, SEORANG HINDU?
Tentu. Kita memeluk agama Hindu, karena itu kita disebut orang Hindu, sama seperti orang yang mengikuti agama Kristen disebut Kristen. Dilihat dari satu sisi, agama Hindu adalah suatu upaya pencarian kebenaran tanpa kenal lelah. Sebagai demikian ia adalah agama untuk selamanya. Hanya ada satu Tuhan dan satu kebenaran. Weda-weda menyatakan, “Ekam Sat, Viprah Bahudha Vadanti.” (Hanya ada satu kebenaran, hanya manusia menjelaskan hal ini dengan cara berbeda). Karena itu seorang Kristen, seorang Hindu, seorang Muslim dan seorang Jahudi semuanya satu dan sama. Dilihat dari sisi lain, Hinduisme bukan agama tapi satu cara hidup (a way of life). Hanya demi argumentasi, kita dapat mengatakan bahwa andaikata semua kitab suci Hindu dihancurkan pada suatu hari, agama yang sudah ada sejak zaman dahulu kala ini akan hidup kembali dalam hanya beberapa tahun, karena ia hanya mencari kebenaran yang mutlak.
AYAH, SEBELUM AKU MELANJUTKAN, AKU INGIN MENGINGATKAN ANDA BAHWA AKU ADALAH SE ORANG REMAJA YANG LAHIR DI USA, JADI BEBERAPA DARI PERTANYAANKU MUNGKIN TERDENGAR AGRESIF. AKU HARAP ANDA TIDAK TERSINGGUNG.
Nak, kamu dapat bertanya mengenai apapun yang kamu inginkan. Anggaplah dirimu jaksa penuntut umum, menginterogasi ayah di kursi saksi. Percaya padaku, tidak akan ada petanyaanmu yang menyinggungku. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu selangsung mungkin. Aku tidak akan pernah membalasmu dengan jawaban balas dendam. Lagi pula, aku akan menyertakan ide-ide tentang agama lain dan ilmu pengetahuan dalam jawabanku. Aku harap kamu akan puas.
SEJUJURNYA, DAPATKAH AGAMA HINDU MENGHADAPI INTEROGASI?
Agama Hindu tidak mempunyai masalah menghadapi pertanyaan apapun. Ia tidak perlu bersembunyi dibalik kata-kata Sansekerta yang sulit diucapkan atau dogma spiritual. Sebaliknya ia menyerap ide-ide baru seperti sepon.
Percaya atau tidak, agama Hindu memperkuat dirinya kembali (recharge) dengan pikiran-pikiran modern. Teknologi, psikologi, parapsikologi, astronomi modern, phisika baru dan genetik semua memperkaya agama Hindu.
Dalam agama Hindu kamu dapat berpikir dan berargumentasi mengenai subyek apapun. Kamu bahkan dapat menyatakan “tidak ada Rama maupun Krishna” dan kamu masih tetap seorang Hindu. Agama Hindu tidak memiliki hierarki, tidak memiliki satu badan yang mengatur orang Hindu.
Dalam agama Hindu kita akan jarang menemukan pernyataan dengan “Engkau tidak akan” (Thou shall not). Ketika kamu mempelajari agama Hindu kamu akan menemukan agama ini dipenuhi dengan berbagai jenis ide. Dia memiliki Advaita dan Raja Yoga yang memiliki spiritualitas yang tinggi pada satu sisi dan philafat Charvaka materialistik dan hedonistik yang tidak percaya pada Tuhan dan Weda, pada sisi yang lain, Pada satu sisi pemujaan citra adalah satu bagian dari agama Hindu, dan pada sisi lain, sebagaimana dikatakan oleh philsuf Jerman Max Muller, “Agama Weda tidak mengenal patung.”. Jahala Upanishad mengatakan, “Citra dimaksudkan hanya sebagai alat bantu meditasi bagi orang yang bodoh.”
Mitologi kuno Hindu dipenuhi dengan berbagai macam cerita. Pada satu sisi, Advaita hanya berbicara mengenai Brahman (Yang Tak terbatas), dan lagi pada sisi yang lain, mitologi bicara mengenai ribuan dewa-dewa. Hindu sesungguhnya adalah kesatuan dalam perbedaan. Mengambil satu subyek secara acak (random) dari kitab suci Hindu akan membingungkan kamu. Tapi bila kamu duduk dan mempelajarinya semua, kamu akan mampu memahami kebenaran yang sejati dalam semua kitab-kitab suci Hindu itu. Dewasa ini banyak tersedia buku-buku agama Hindu dalam bahasa Inggris dan lainnya sehingga pengetahuan bahasa Sansekerta bukan suatu keharusan untuk mengerti kitab-kitab suci Hindu
AYAH, SEBELUM ANDA MENJELASKAN LEBIH LANJUT, AKU INGIN MENGAJUKAN SATU PERTANYAAN YANG KRITIS. MOHON JANGAN TERSINGGUNG. PERTANYAANKU ADALAH, WEWENANG APA YANG ANDA PUNYAI UNTUK BERBICARA TENTANG AGAMA HINDU?
Saya senang kamu mengajukan pertanyaan ini. Arjuna, pangeran-ksatria dalam epik Mahabarata, mengajukan pertanyaan yang sama kepada Krishna selama pemaparan Bhagawad Gita, kitab suci Hindu itu. Krishna, sebagai jawaban atas Arjuna, menunjukkan swaroopa (Bentuk dari Yang Tak Berbentuk yang Agung) dan Arjuna yang terkagum-kagum menyaksikan seluruh alam semesta bergerak dalam badan Tuhan. Arjuna mendapat jauh lebih banyak jawaban dari yang dimintanya. Well, aku tidak dapat menunjukkan kepadamu hal seperti itu untuk membuktikan pendapat-pendapatku.
Kamu boleh tertawa, tapi karena bahkan Arjunapun menanyakan kewenangan Krishna, adalah tepat sekali bagimu untuk mengajukan pertanyaan yang sama. Pada sisiku, aku hanya dapat mengatakan bahwa aku hanyalah seorang pencari kebenaran yang sederhana seperti banyak orang lain. Tentu saja aku telah membaca banyak buku (kurang lebih 500) mengenai agama Hindu dan semua agama-agama lain. Maksudku hanyalah untuk meletakkan di hadapanmu sejarah dari agama Hindu dan hal-hal penting yang lain mengenai agama Hindu. Setelah mendengar jawabanku, kamu pada bagianmu sendiri harus menginvestigasi kebenaran dari pernyataanku. Pada saat ini, ijinkan aku mengulangi satu stanza dari kitab suci
Tiada seorangpun tahu apa yang benar dan apa yang salah;
Tiada seorangpun tahu apa yang baik dan apa yang buruk;
Ada satu dewa yang bersemayam dalam dirimu;
Temukan dan ikuti perintah-perintahnya.
Itulah jawabanku. Mohon dimengerti bahwa dewa yang disebut dalam stanza di atas tidak lain adalah “suara hati nurani” (inner voice) mengenainya Aurobindo, mistikus modern Hindu telah menulis berpuluh buku. Aku hanya ingin menunjukkan kepadamu bahwa semua jawaban final adalah di dalam. Seperti seorang guru Zen, aku ingin mengatakan bahwa mencari jawaban di luar diri adalah sia-sia dan bodoh. Buddhis Zen mengatakan bahwa kebenaran tidak dapat diajarkan melalui kata-kata yang keluar dari mulut dan bahwa pengetahuan yang sejati hanya datang dari pengalaman pribadi.
Sekali lagi please, jangan ambil stanza di atas sebagai lampu hijau bagi perilaku tak bermoral dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan perintah emosi. Emosi dalam diri kita sangat menipu. Emosi itu bisa keluar dengan otoritas intelektual dan membuat setiap tindakan buruk kelihatan memiliki arti. Emosi itu bahkan menipu maharesi besar untuk mempercayai sentimen egoistik pribadi mereka dan bertindak dengan sangat bodoh. Maka hati-hatilah dengan stanza yang aku kutip di atas.
APAKAH AGAMA HINDU SATU-SATUNYA JALAN UNTUK MENCAPAI TUHAN (GOD-REALIZATION)?
Satu hari seorang gentelman berkata kepada seorang Philsuf Amerika yang terkenal bahwa ia telah mempelajari hampir semua philsafat dan agama-agama dunia, dan ia akhirnya yakin bahwa agama Kristen sesungguhnya merupakan satu-satunya philsafat dan agama yang benar. Emerson (Ralph Waldo) menjawab : “Itu hanya menunjukkan, my friend, bagaimana sempitnya anda membaca mereka.” Pernyataan yang sama juga berlaku bagi agama Hindu. Tiada seorangpun mempunyai hak untuk mengatakan agama Hindu adalah satu-satunya jalan. Sesungguhnya, orang-orang Hindu akan merasa absurd untuk mengatakan bahwa agama-agama lain di dunia ini sebagai palsu.
Bagawad Gita (4:11) berkata, “Jalan manapun yang ditempuh manusia untuk mendekati Aku, dengan jalan itu Aku terima mereka; jalan manapun yang mereka pilih pada akhirnya mereka akan mencapai aku.” Dari sloka ini, setiap orang dengan mudah mengerti bahwa agama Hindu tidak memproyeksikan dirinya sebagai satu-satu jalan untuk pengejawantahan Tuhan. Agama Hindu tidak mengklaim monopoli atas kebijaksanaan. Agama Hindu mentoleransi semua bentuk pemikiran. Seorang Yogi Hindu tidak akan pernah mencoba untuk mengkonversi seseorang dari agama lain ke dalam agama Hindu. Sebaliknya ia malah akan mencoba orang tersebut setia kepada agamanya. Bagawad Gita menyatakan :
“Dalam bentuk apapun seorang bhakta menyembahKu dengan yakin, Aku akan membuat ia setia dalam bentuk itu sendiri.” Jadi dalam agama Hindu, kamu dapat memuja Yang Maha Kuasa, yang tidak berbentuk dan abadi, sebagai Krishna, Rama, Hyang Widhi atau yang lain. Selama kamu memiliki keyakinan dalam bentuk Yang Kuasa itu, kamu akan mengikuti satu agama yang benar dan kamu pada akhirnya akan mencapai kebenaran, sekalipun kamu mengikuti bentuk pemujaan yang kasar. Menurut agama Hindu tiada seorangpun akan tersesat.Melalui jalan manapun seorang mencari Tuhan, dia akan selalu berada di jalan Tuhan.
Bila seseorang menyebut “Itu” (It) Krishna, “Itu” akan datang sebagai Krishna. Bila seseong menyebut “Itu” Rama, dia akan datang sebagai Rama. Bahkan bhakta Hindu yang paling terkenal, Maharesi Narada, dalam Sutra kedua dari Narada Bhakti Sutra, menyebut Tuhan dengan nama Asmin, artinya “Itu (That, Tat).” Kaum mistikus Muslim yang besar, kaum Sufi, mengatakan, “Kemanapun kamu memalingkan wajahmu, di sanalah Wajah Allah.”
Dalam semua bentuk pemujaan, pada akhirnya sang pemuja akan mengatasi (transcend) nama dan bentuk dari Tuhan pribadinya (personal God, Istadewata, pen). Lihatlah tulisan-tulisan dari Chaitanya, Sri Ramakrishna Paramahamsa, St. Francis dari Asisi, atau para mistikus Sufi.. Chaitanya menyeru Vital dan Ramakrishna menyeru Ibu Kali. Tapi kita mempelajari semua karya-karya di atas, kita dapat melihat bahwa yang Mutlak yang mereka cari atau ikuti tidak memiliki nama dan berada di luar kemampuan manusia untuk menggambarkannya. Semua dari mereka mulai dengan mengikatkan diri mereka pada satu Istadewata (personal God) dan berakhir dengan satu Yang Maha Kuasa yang abadi dan tidak berbentuk.
Kata ‘Islam’ berarti pasrah kepada kehendak Allah,” dan Allah tidak memiliki definisi yang tepat. Seorang Muslim sejati menyembah Allah yang tidak bernama dan berbentuk, yang sesungguhnya Kekuasaan Yang Tertinggi. Kaum Muslim keberatan dengan sebutan “Mohammedanism” karena kata itu mengandung arti pemujaan kepada Mohammad. Kaum Muslim tidak pernah memuja Muhammad. Seluruh orang Muslim percaya pada kalimat sahadat : “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusanNya.” Allah adalah seperti Tao dari Taoisme, Brahman dari agama Hindu, Ayin dari mistik Yahudi Kabblah, atau Jehovah (Aku, I Am) dari Perjanjian Lama. Dia tidak bernama, tidak dapat didefinisikan, kekuatan atau mahluk murni dari mana segala sesuatu berasal.
Tidak ada agama yang memiliki hak monopoli atas Tuhan. Mengatakan itu persis sama dengan mengatakan “Matahari hanya terbit di New York dan (hanya) terbenam di pantai Honolulu. Matahari yang bersinar di kolam-kolam rumah-rumah besar (mansion) di Berverly Hill dan New York juga bersinar di kampung-kampung kumuh di Kalkuta atau Jakarta di gurun-gurun pasir di Arab. Sama halnya, Tuhan yang kamu lihat dalam Bagawad Gita adalahTuhan yang sama yang kamu lihat dalam Injil atau Al Qur’an
APAKAH AGAMA HINDU PERCAYA DENGAN KONVERSI SECARA PAKSA?
Sama sekali tidak. Seorang penganut Hindu sejati tidak akan melakukan proselitasi (mencari pengikut baru dari orang-orang yang sudah beragama lain), tapi orang-orang Hindu dengan gembira akan menerima setiap orang yang ingin masuk Hindu karena mencintai nilai-nilai atau ajaran Hindu. Bagawad Gita mendesak semua orang untuk mengikuti agama dimana orang itu lahir. Orang-orang Hindu tidak pernah membuat janji-janji palsu kepada orang yang baru masuk Hindu.
Sama seperti orang Hindu, orang-orang yang beragama Yahudi juga toleran terhadap keyakinan lain. Orang-orang Yahudi juga tidak pernah membujuk orang lain untuk ikut agama mereka. Tentu saja banyak orang lain yang masuk agama Yahudi, tetapi orang-orang Yahudi tidak pernah mempropagandakan agama mereka secara aktif. Untuk sebatas tertentu, sama seperti agama Hindu, agama Yahudi juga merupakan satu cara hidup (a way of life)
Lagipula orang Hindu melihat agama sebagai satu ilmu dasar (basic science). Pernahkah kamu mendengar seseorang dikonversikan kedalam ilmu kimia India, Phisika Inggris? Karena itu akan terasa absurd bahkan hanya untuk membicarakan konversi. Hanya ada satu kebenaran. Semua dari kita memiliki hak yang sama terhadap kebenaran itu, sama halnya kita memiliki hak yang sama terhadap Effect Raman India, Teori Quantum dari Yahudi-Jerman Einstein, atau percobaan Edison yang orang Amerika. Bagawad Gita, Injil, Torah, Qur’an, Dammapada, dan kitab suci lainnya terbuka bagi semua orang.
Semua kita memiliki hak yang sama untuk mengutip Krishna dan Lao-Tse dan Socrates dan Mohammad dalam kalimat yang sama. Sama seperti ilmu pengetahuan yang terbuka bagi setiap orang, demikian juga semua agama.
APAKAH AGAMA HINDU TOLERAN TERHADAP AGAMA-AGAMA LAIN?
Dalam agama Hindu, toleransi bukan hanya sekedar soal kebijakan tetapi merupakan satu keyakinan dasar (an article of faith). Sejarahwan seperti H.G. Wells mengatakan bahwa raja-raja Hindu sesungguhnya menerima dengan tangan terbuka misionaris Kristen, kaum fakir Islam dan biksu Buddha untuk pertukaran pikiran yang bebas. Sebenarnya, raja Hindu terbesar, Ashoka (269-232 SM), mengganti agamanya menjadi Buddhis dan menyebarkan agama Buddha ke seluruh India. “Hukum Dharma” atau kebenaran dan inskripsi epigrafi yang ditinggalkan oleh Ashoka di berbagai batu karang dan pilar di seluruh India sama bersejarahnya dengan “Bill of Rights” dari USA. Anakku, bila kamu ingin belajar mengenai satu-satunya raja di seluruh sejarah India, maka raja itu adalah Raja Ashoka. H.G. Wells, yang tidak pernah memberikan pujian kepada raja manapun dalam buku sejarah dunia yang ditulisnya, membuat satu pengecualian mengenai Ashoka dan menulis, “nama Ashoka bersinar terang sendirian, satu bintang dalam sejarah dunia.”
Salah seorang rasul Kristen terbesar, Saint Thomas, datang ke Madras India untuk menyebarkan agama Kristen di India, dan meninggal di Mylapore, Madras. Adalah fakta bahwa pada tahun 70 AD, ketika orang-orang Roma menjadikan orang-orang Kristen sebagai makanan singa di Eropa, di Kerala orang-orang Kristen menyembah Saint Thomas di gereja. Bahkan dewasa ini, ketika orang-orang Yahudi dianiaya di seluruh dunia, di Cochin, India, mereka memiliki kebebasan tak terbatas untuk beribadah di Synagoge. (Orang Yahudi datang ke India pada abad 5 A.D). Sesungguhnya banyak orang Yahudi yang dikirim ke Israel dari Kerala telah kembali lagi ke India karena ini adalah negeri yang sangat toleran. Dewasa ini, ketika orang Yahudi tidak boleh dikonversi menjadi Kristen di Israel, ketika orang tidak boleh membawa Injil di Arab Saudi, dan ketika orang Muslim tidak boleh dikristenkan di Malaysia, ribuan orang Hindu di India dikonversi menjadi Kristen. India kini memiliki seminari Katolik yang terbesar di dunia – hampir 3,856. (Dewasa ini ada gerakan dari organisasi Hindu untuk mengkonversi kembali orang-orang Hindu yang beralih agama sebelumnya. Missi Kristen sering menimbulkan ketegangan dengan orang-orang Hindu di India. Tahun lalu satu keluarga missi Protestan dari Australia dibunuh dalam mobilnya. Orang-orang Hindu di India kini tampaknya menyadari toleransi tidak berarti menerima segalanya. Sikap toleran tanpa batas ini merugikan orang-orang Hindu sendiri. Seperti dikatakan oleh philsuf besar Hindu, Sarvepalli Radhakrishnan, Hindu menderita karena toleransinya, pen).
Seorang penganut Hindu sejati tidak pernah mencerca agama lain. Dia menerima kebenaran yang ada pada setiap agama. Seorang suci Hindu dengan bahagia membaca Bible atau Qur’an pada para pengikutnya. Swami Vivekananda berkata, “Saya bangga menjadi pemeluk satu agama yang mengajarkan kepada dunia toleransi dan penerimaan universal. Kita percaya tidak hanya pada toleransi universal, tapi kita menerima bahwa semua agama sebagai benar. Seperti sungai yang berbeda yang memperoleh mata air mereka di sumber yang berbeda, semuanya menjadi satu di samudera, demikianlah jalan yang berbeda yang dijalani oleh tiap orang dengan kecenderungan yang berbeda, sekalipun beragam tampaknya, bengkok atau lurus, semua menuju Tuhan.”
AYAH, APAKAH ORANG HINDU DIIJINKAN MEMPELAJARI AGAMA-AGAMA LAIN?
Tentu saja, anakku. Agama Hindu tidak saja mengijinkan tapi sesungguhnya mendorong kita untuk mencari kebenaran dari segala sumber. Agama Hindu secara tegas melarang perbandingan dari metoda-metoda lain untuk penggejawantahan Tuhan (God realization), karena semua metoda adalah benar dan semua membawa para pemuja pada Tuhan. Setelah mempelajari agama Hindu dengan baik, seorang Hindu harus membaca dan mempelajari semua agama-agama lain yang benar. Dengan demikian dia melihat agama Hindu sebagai ensiklopedi dari agama-agama. Bila seorang mengetahui agama Hindu dengan baik, maka Bible, Qur’an dan Adi Grantha (kitab suci agama Sikh) akan menjadi bacaan menarik.
Salah satu dari Purana Hindu yang besar, Srimad Bhagawatam mengatakan, “Seperti lebah madu mengumpulkan tetesan madu dari bunga-bunga yang berbeda, orang bijaksana menerima saripati dari kitab suci yang berbeda dan melihat hanya hal-hal yang baik dalam semua agama.” Dengan ideologi semacam itu, seorang Hindu seharusnya terdorong untuk membaca semua buku-buku agama-agama dunia.
AYAH, APAKAH AGAMA HINDU MEMPUNYAI PAUS?
Tidak. Seperti telah aku katakan sebelumnya, dalam agama Hindu tidak ada hierarki jabatan. Seorang dari maharesi zaman dulu, Adi Sankara, mendirikan 4 pertapaan di sudut-sudut India yang berbeda, yang secara populer dikenal dengan nama Sankaramath. Pertapaan itu ada di Sringeri (Mysore), Badrinath (Himalaya), Dwaraka (Gujarat) dan Puri (Orissa). Pendeta kepala pada tiap pertapaan itu disebut Sankaracharya, dan para pendeta di pertapaan itu mengajarkan seluruh aspek agama Hindu kepada orang Hindu. Tentu saja, pertapaan ini tidak mempunyai kekuasaan untuk mengatur kehendak pribadi dari orang Hindu. Ada banyak pertapaan di India di luar dari empat yang aku sebutkan di atas. Semuanya bebas satu sama lain, semua mengajarkan nilai-nilai dan cita-cita Hindu dengan cara-cara mereka sendiri tanpa mengkeritik yang lain.
Tiada seorangpun di keluarkan dari agama Hindu (excommunicated), dan tidak seorangpun dihukum (karena memiliki pemikiran yang berbeda,pen) dalam agama Hindu. Agama Hindu pernah memiliki orang-orang revolusioner seperti Buddha (yang menolak mengakui otoritas Weda-Weda) dan Adi Sankara (yang menyebarkan phalsafah Advaita), tapi agama Hindu tidak pernah memiliki Martin Luther dan tidak akan pernah, karena agama Hindu terbuka terhadap segala macam kritik dari segala arah.
AYAH, APAKAH MUNGKIN MENGEKSPRESIKAN “KEBENARAN YANG HALUS (SUBTLE TRUTHS)” DALAM BAHASA YANG SEDERHANA? DAPATKAH PIKIRAN MANUSIA MENYADARI KEBENARAN TERAKHIR (ULTIMATE TRUTHS)?
Aku menjawab “tidak” untuk pertanyaanmu. Agama Hindu dimulai dengan Sruti, “itu yang terdengar”. Guru-guru zaman Weda yang seperti Kristus, yang disebut Rishi, mendengar kebenaran abadi dalam hati dan pikiran mereka dan mengajari para murid mereka secara telepathi, melalui transfer pikiran yang sebenarnya. Baru kemudian bahasa seperti Sansekerta dan Pali muncul. Untuk jangka waktu yang sangat lama belum ada teks tertulis. Weda-Weda dan Upanishad diajarkan melalui sloka-sloka yang dinyanyikan (chanted lyrics)
Kita tahu bahwa pikiran adalah media yang paling baik untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, tapi karena kita tidak dapat mentransfer pikiran, kita mengungkapkannya dalam bahasa-bahasa. Bahasa verbal lebih baik dari bahasa ucapan dalam menyatakan pikiran-pikiran. Sansekerta, Pali, Latin, Yunani dan Ibrani dipergunakan untuk menyatakan pikiran-pikiran di zaman dahulu. Dikatakan bahwa konon Jesus berbicara dalam bahasa Armenia dan beberapa tahun setelah penyalibannya Perjanjian Baru ditulis dalam tiga bahasa : Ibrani, Aramaic dan Yunani. Perjanjian Baru masih memelihara beberapa pernyataan dalam bahasa Aramaic seperti “Eli, Eli, Lama Sabachthani” – “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkanku (“My God, my God, why has Thou forsaken me?”) (Matthew 27:46). Dalam abad 15, versi pertama Injil dalam bahasa Inggris ditulis oleh William Tyndale (1525). Malangnya, dia dituduh bidaah (menghujat Tuhan) dan kemudian dibakar hidup-hidup di tiang pancang.
Setelah Tyndale, berturut-turut tujuh versi Injil ditulis dalam bahasa Inggris, versi terakhir, versi King James, yang paling populer, dikompilasi oleh sejumlah besar teolog dibawah pimpinan Raja James dari Inggris dalam tahun 1611. Malangnya, bahkan edisi pertama dari versi King James ini mengandung lebih dari 300 kesalahan di dalamnya (‘How We Got the Bible’, Neil R. Lighfoot). Ini hanya menunjukkan bagaimana sulitnya menuliskan pikiran dalam kata-kata. Terpisah dari itu, Injil itu penuh dengan angka-angka simbolis. Misalnya, 666 adalah untuk Antikristus dan 12 adalah untuk kemampuan spiritual. Semua hal-hal baik diasosiasikan dengan angka 12 : duabelas rasul, duabelas anak Jacob, duabelas suku Israel, duabelas pintu surga, dst. Dengan dasar simbolisme seperti itu, terjemahan Injil akan menjadi lebih sulit lagi.
Dewasa ini bahasa Inggris dipergunakan oleh masyarakat secara luas – vokabolarinya sudah berkembang demikian maju, dan menjadi alat utama untuk menyampaikan pikiran-pikiran. Jadi bahasa Inggris mungkin satu-satunya bahasa di dunia yang dapat menyampaikan kebenaran dalam bentuk yang dapat dimengerti. Kita beruntung, kita juga mempunyai matematika, phisika dan ilmu lainnya yang membantu kita untuk memahami kebenaran yang halus dewasa ini.
Lagipula, pengertian adalah suatu yang sangat pribadi. Misalnya, “E=mc2″ mungkin hanya beberapa huruf bagi orang biasa, tapi bagi mahasiswa sains angka itu berbicara banyak sekali. Jadi kebenaran abadi hanya dapat dimengerti bila kita berkembang cukup tinggi untuk memahaminya. Ini juga benar untuk agama Hindu, Kristen, Islam dan agama-agama lain.
Taoisme mengatakan bahwa impresi (kesan) dari kehidupan tidak dapat disampaikan dengan kata-kata. Mistikus China Lao-Tse mengatakan, “Dia yang tahu tidak pernah mengatakan. Dia yang mengatakan tidak pernah tahu.” Ini menunjukkan bahwa kebenaran yang halus memang sulit sekali untuk dinyatakan dengan kata-kata, karena kata-kata akan mencoba membatasi ukuran mereka. Adalah benar untuk menyimpulkan bahwa pikiran manusia tidak akan pernah dapat membayangkan kebenaran terakhir dari alam semesta.
Memang Einstein mencoba untuk mengembangkan “a unified field theory” (apa terjemahannya ini? pen.) untuk menjelaskan teka-teki dari alam semesta, tapi ia gagal dengan sangat menyedihkan.. Akhirnya ia mengakui kekalahannya dan berkata ; “Pikiran manusia tidak mampu memahami alam semesta. Kita seperti anak kecil memasuki perpustakaan yang maha besar.” Gauthama Buddha dengan jelas mengatakan bahwa hanya dengan mengatasi eksistensi manusia, seseorang dapat memahami realitas tertinggi. Itulah mungkin alasannya mengapa Buddha, yang meninggalkan negara sebagai seorang pangeran muda untuk memperoleh penyembuhan yang cepat (instant remedy, obat mujarab) bagi usia tua dan kematian, kembali dengan delapan jalan ke Nirwana yang terkenal. Andaikan ada jawaban siap pakai bagi teka-teki alam semesta, guru-guru agung seperti Buddha sudah pasti akan menyerahkannya kepada dunia. Karena jawaban-jawaban mereka samar-samar (ambiguous) bagi hampir semua dari kita, kita harus menghadapi kenyataan bahwa kebenaran terakhir ada di luar pikiran dan di luar persepsi dualitas.
Dewasa ini, terikat pada kursi rodanya, tidak mampu bicara karena dilumpuhkan oleh satu penyakit yang tak dapat disembuhkan, ahli phisika Inggris yang besar Stephen Hawking mencari Grand Unification Theory (sekali lagi, apa ini terjemahannya, teman-teman phisikawan mungkin bisa bantu, pen.) yang akan menjelaskan semua teka-teki alam semesta. Apakah ia akan berhasil? Apakah ia akan sanggup membuka kunci misteri alam semesta? Ini sebuah pertanyaan yang berharga satu miliar dolar. Alam semestanya Isaac Newton sudah sempurna, linear dan dapat diduga. Alam semestanya Einstein jadi agak tidak dapat diduga dan mengambil satu pola gelombang (took on wave patterns, nah ini lagi?pen.). Para ilmuwan dewasa ini menyatakan bahwa alam semesta agak kacau dan tak dapat diduga.
APAKAH AYAH BETUL-BETUL BERPENDAPAT BAHWA KATA-KATA DAPAT SALAH DITERJEMAHKAN DAN SALAH DIMENGERTI?
Ya memang. Karena kekurangan kata-kata dalam bahasa Aramaik, Kristus dipaksa menggunakan kata-kata seperti “Kerajaanku,” dan “Aku adalah Raja” untuk menjelaskan kebenaran yang halus mengenai spritualitas kepada rakyat. Tapi kata-kata yang sama itu membuat orang-orang Roma marah, karena ‘kerajaan” dan “raja” memiliki arti yang sama sekali berbeda bagi mereka.
Lihat pada kehidupan para Sufi. Seperti guru-guru Hindu yang sudah mendapat pencerahan mengatakan “Aku Brahman” (Jiwa), masing-masing dari mereka (para Sufi itu) mengatakan “Aku Tuhan”. Tapi kaum fundamentalis Islam pada zaman itu tidak dapat menangkap makna sejati dari ucapan kaum Sufi besar itu, dan semua Sufi itu dihukum mati. Sepanjang sejarah kamu dapat menemukan banyak contoh dari kesalah-pahaman semacam itu yang disebabkan oleh kemiskinan vokabulari dalam bahasa. Kristus berkisah dengan parabel, dan kita juga mempunyai kisah-kisah mitologis untuk menjelaskan kebenaran yang halus dari alam. Aku rasa andaikata Krishna, Buddha atau Kristus datang kembali dewasa ini, mereka akan menggunakan elektron, DNA, elektromagnetik dan konsep-konsep ilmiah lain untuk menjelaskan kebenaran yang halus itu.
AYAH, APAKAH ANDA PIKIR SEJARAH DAN TRADISI MEMILIKI PERANAN PENTING DALAM SETIAP KITAB SUCI AGAMA?
Tepat demikian adanya. Sejarah agama Hindu berkembang secara amat perlahan. Itulah sebabnya mengapa dalam Rig Weda, kita melihat satu masyarakat nomad yang baru menetap di tepi-tepi sungai Indus, menyembah segala macam dewa-dewa alam dan mengatakan : “Pada akhirnya, siapa yang tahu, siapa yang dapat mengatakan dari mana semuanya ini datang dan bagaimana penciptaan terjadi?”
Lihatlah kitab suci yang paling tua, Manusmerti. “Hukum Manu” sesungguhnya adalah sejarah dari suatu masyarakat nomad yang berakar pada tepi-tepi Sungai Indus. Selama periode Rig Weda bangsa Arya selalu terlibat dalam peperangan, dan minum dan judi merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya mereka. Yang meminum Sura dikenal sebagai Para Sura atau Dewa, dan yang menolak meminum minuman ini dikenal sebagai Asuras. Kamu akan melihat bahwa Manu membatasi kebebasan manusia dalam berbagai cara. Dia juga meletakkan dasar-dasar sistem kasta.
Sama halnya, lihat dalam Exodus di Perjanjian Lama. Dalam menceritakan kepada kita eksodus dari orang Jahudi dari Mesir, kitab ini menggambarkan satu masyarakat yang mengampuni perbudakan. Perjanjian Lama adalah sejarah sebenarnya dari orang Jahudi pada zaman itu. Jadi saya sepenuhnya setuju dengan kamu, hampir semua kitab suci di dunia ini merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah dan tradisi.
APAKAH METAPORA MERUPAKAN SATU BAGIAN DARI KITAB SUCI?
Mungkin banyak yang tidak setuju denganku, tapi aku harus mengatakan bahwa metapora merupakan bagian utuh dari kitab suci semua agama. Penyair dalam diri orang suci telah mengambil bagian dan menulis ketentuan-ketentuan atau isi dalam hampir semua kitab suci agama-agama dunia. Kita akan segera menemukan baris-baris yang sama seperti “Pemakan Teratai” (Lotus Eaters) dari Tennyson dalam semua kitab suci agama-agama dunia.
Karena itu kitab-kitab suci agama-agama harus di scan untuk mendapat arti yang tepat dari pada mengangap benar setiap kata yang tertulis. Kita akan melakukan kesalahan yang amat besar kalau kita mencoba manganalisis arti harfiah dari kitab-kitab suci itu. Sesungguhnya, pada tanggal 14 Desember 1990, Paus Johanes Paulus II mengingatkan orang-orang Kristen atas penerjemahan secara literal dari Bible. “Buku-buku dari Bible memiliki Tuhan sebagai pengarang, tetapi manusia yang menyusun buku-buku itu juga adalah pengarang yang sebenarnya.” Dia menambahkan bahwa arti esensial dari Bible akan hilang dalam terjemahan yang didasarkan secara tegas pada fakta-fakta yang dapat diamati.
APAKAH ANDA MENGATAKAN BAHWA ADA SEORANG PENYAIR DALAM SETIAP ORANG SUCI (NABI, RASUL, MAHARESI), DAN BAHWA SEMUA TULISAN-TULISAN DAPAT TERDIRI ATAS KEBENARAN DAN JUGA UNSUR-UNSUR DARI IMAGINASI ORANG SUCI ITU?
Kamu mengatakan hal itu dengan benar. Aku tidak akan dapat mengatakan dengan kata-kata yang lebih baik. Jadi semua kitab suci tidak harus diikuti kata demi kata, tapi kitab-kitab suci itu discan untuk menemukan kebenaran. Ini berlaku untuk agama Hindu dan semua agama lain termasuk agama Kristen.
AYAH, SIAPAKAH ORANG ATHEIS ITU? APAKAH ORANG ATHEIS DAN ORANG AGNOSTIK ITU SATU DAN SAMA?
Kata “theism” berarti “percaya pada Tuhan atau Dewa-Dewa.” Jadi kata “atheism” berarti tidak adanya keyakinan akan Tuhan, atau keyakinan bahwa Tuhan atau Dewa-Dewa itu tidak ada dalam bentuk apapun. Jadi secara singkat, seseorang yang tidak percaya pada adanya Tuhan adalah seorang atheis.
Seorang agnostik, pada sisi lain, adalah seorang yang percaya bahwa ada sesuatu di luar pikiran manusia. Seorang agnostik mungkin percaya mungkin pula tidak percaya pada Tuhan. Jadi seorang agnostik bisa seorang theis atau seorang atheis. Istilah “gnostic” atau “agnostic” dibuat oleh philsuf-pemikir Thomas Huxley pada tahun 1869. “Gnostic” berasal dari akar kata “gnosis”, artinya “mengetahui” (to know).
Penjelasan terbaik dari kedua istilah ini terdapat dalam Catholic Encyclopedia sebagai berikut : “Seorang agnostic bukanlah seorang atheis. Seorang atheis menolak keberadaan Tuhan, sesorang agnostik mengakui ketidak-tahuannya mengenai keberadaaan Tuhan. Bagi orang agnostik, Tuhan mungkin ada, tapi akal tidak dapat membuktikan keberadaan atau ketidak beradaanNya.”
APAKAH ANDA HENDAK MENGATAKAN KEBANYAKAN ORANG ADALAH AGNOSTIK?
Saya hendak mengatakan beberapa intelektual agnostik, tapi pada saat yang sama, kebanyakan massa yang tidak terdidik adalah orang-orang beriman. Kebanyakan agama menggunakan ketakutan kepada Tuhan dan neraka untuk membuat rakyat percaya kepada agama itu. Tapi hal ini tidak akan pernah kamu temui dalam agama Hindu, dimana seorang yang percaya, seorang atheis dan seorang agnostik dapat hidup berdampingan dengan bahagia. Mari kita lihat kasus Bertrand Russell. Banyak yang melihat dia sebagai seorang atheis, tapi ia sesungguhnya seorang agnostik. Dia mempertanyakan segalanya tapi ia tidak pernah sampai pada satu kesimpulan. Satu-satunya kesalahan yang ia lakukan adalah menulis satu buku berjudul “Why I Am Not a Christian.” Dia seharusnya tidak memberi judul bukunya seperti itu, sebab ia tidak memiliki hak untuk melukai perasaan jutaan pemeluk teguh agama Kristen di seluruh dunia. Dia seharusnya memberi judul bukunya “The Doubts I Have About World Religions.” Itu akan menyelamatkan dia dari kritik-kritik yang tidak perlu dari berbagai pusat-pusat agama dan juga penolakan terhadap tugas mengajar di New York City College.
Bagaimanapun aku kira dia tidak pernah menulis bahwa Tuhan itu tidak ada. Karena itu akan berlawanan dengan gayanya, menolak atau menyetujui sesuatu yang ia sendiri tidak memiliki ide atau definisinya. Russell tidak menolak Tuhan, karena ia tidak dapat mendefinisikan Tuhan. Dari sudut pandang agama Hindu, orang bisa menghormati dan mengagumi orang-orang seperti Russell, Freud dan Darwin.
Agama Hindu memiliki saham dalam atheisme dan agnotisme. Philsafat Charvaka dan pada sisi tertentu philsafat Vaisesika mempertanyakan keberadaan dari satu Tuhan personal (Saguna Brahman, pen). Reshi Kanada, pendiri dari philsafat Vaisesika, hanya menyebut Tuhan dengan “Itu” (That, Tat, pen) dalam seluruh tulisannya.
AYAH, APAKAH ANDA BERMAKSUD MENGATAKAN BAHWA SEORANG AGNOSTIK AKAN MENJADI AGNOSTIK UNTUK SELAMANYA?
Seluruh kitab suci Hindu menunjuk pada kenyataan bahwa agnotisisme merupakan titik awal dari pencarian kebenaran tanpa lelah. Sama seperti sesendok garam pergi mencari kedalaman sasmudra dan menjadi bagian tak terpisahkan dari samudera itu, seorang agnostik akhirnya akan menemukan kebenaran sejati bila ia tetap teguh dalam pencarian kebenaran itu. Tapi sama seperti Buddha, dia tidak akan sanggup menjelaskan kepada dunia kebenaran yang ia temukan,karena kebenaran itu berada diluar batasan atau perbandingan. Saya rasa kebanyakan agnostik akan menjadi pribadi seperti J. Krishnamurti dan Buddha, asalkan saja mereka tidak mencoba mencari jawaban-jawaban intelektual atas teka-teki alam semesta. Sebagai seorang anak yatim-piatu, Krishnamurti dipungut oleh mendiang Annie Besant untuk menjadi pemimpin besar dari Theosphical Society. Tapi bersama dengan berjalannya waktu Krishnamurti mengatasi (transcend) semua kedudukan dan kekuasaan dan mempertanyakan integritas dari segala sesuatu dalam setiap agama. Akhirnya ia menjadi sebuah lembaga sendiri dalam dirinya, tanpa ego setitikpun . Tentu saja, Krishnamurti bukan sama sekali agnostik. Dia adalah seorang ahli logika (logician) dengan kemampuan yang sangat besar. Jadi sejauh menyangkut agama Hindu, agnotisme adalah titik awal dari pencarian kebenaran tanpa kenal lelah.
AYAH, APAKAH ANDA PERCAYA PADA TUHAN?
Anakku, aku datang dari keluarga yang sangat religius dan karena itu aku percaya pada Tuhan dan kadang-kadang bahkan percaya pada Tuhan yang sangat bepribadi (Saguna Brahman). Kadang-kadang aku lihat Tuhan sebagai satu entitas (pribadi) tanpa perasaan atau kesadaran. Sesuai dengan tempat dan waktu, konsepku mengenai Tuhan berobah. Ketika aku masih remaja aku tidak mempunyai masalah dengan memvisualisasikan “Dia” sebagai Batara (Lord) Krishna, ketika aku menjadi lebih tua aku mulai melihat “Dia” sebagai sumber kekuatan, sesuatu di luar imajinasiku yang paling liar sekalipun. Tentu saja, aku tidak ada masalah mendengar seseorang yang menjelaskan “Dia” sebagai Batara Krishna atau Yesus atau Allah atau Jehovah atau Buddha atau sesuatu yang lain, tidak pula aku keberatan mendengar orang yang menjelaskan “Dia” sebagai suatu yang tanpa bentuk, tidak musnah, abadi, tidak lahir, entitas yang tidak terjelaskan. Satu hal aku tahu dengan yakin. Kita semua adalah bagian utuh dari alam. Kita hanya sekedar alat dari entitas atau energi atau kekuasaan yang tidak kita ketahui atau sesuatu yang tak dapat didefinisikan. Pada satu sisi kita hanyalah kumpulan dari bahan-bahan kimiawi, hanya rangkain DNA. Pada sisi lain kita adalah satu entitas yang memiliki kesadaran.
Sejujurnya, aku dalam kesesatan total (total loss) bilamana aku berpikir tentang Tuhan. Untuk memulai, aku tidak tahu harus mulai dari mana, dan makin banyak aku membaca tentang “Dia”, makin banyak aku belajar tentang sains modern, makin sadar aku tentang Tuhan dan alam semesta. Itu tidak berarti bahwa agama mempunyai semua jawaban. Semua agama-agama dunia tidak menjelaskan secara tuntas banyak dari prinsip-prinsip utama mereka. Namun demikian, kekurangan jawaban-jawaban yang wajar membuatku menjadi manusia yang rendah hati. Dewasa ini, aku tahu dengan pasti bahwa kita hanya tahu sedikit sekali mengenai diri kita dan alam semesta.
Source: ngakan putu putra
Sumber : http://peradah-luwuk.org/news/51-apakah-aku-seorang-hindu.html

Jumat, 24 Juni 2011

Indonesia Unik

Ini adalah foto-foto khas dari sebuah entitas bernama ‘Indonesia’ dengan segala keunikannya yang tidak ada bandingannya dengan negara lain di dunia!! Ini adalah wajah khas Indonesia yang banyak orang tidak menduga dan membayangkannya. Sebuah suguhan kultural yang menarik dan nikmat dipandang. Selamat menikmati!!
(Dalam posting ini ada satu dua foto yang bukan jepretan saya. Saya menyatakan terima kasih kepada tuan-tuan, nyonya-nyonya dan tante-tante yang gambarnya saya “pungut” disini).
picture1.jpg
Kemerdekaan semrawut. Ini khas Indonesia. Berjualan dimana saja selagi ada tempat. Bahaya? Nomor tujuh!! Gak ada aturan kok. Selama pemerintah membiarkan dan tidak menyediakan sarananya berarti boleh, ya gak? gitu aja repot.
picture2.jpg
Nekad. Naik public transport gimana aja caranya, selama polisi hanya menonton, tidak menegur dan tidak menilangnya. Yang penting sampe. Celaka? Emangnya gue pikirin …
picture3.jpg
Makanan surga. Emmh… khas kelezatan Indonesia. Bau tapi merangsang. Teman sejatinya adalah sambal terasi dan ikan asin. Sebuah artikel ilmiah menjelaskan puluhan khasiat dari “pemandangan indah” ini. Memang, ciptaan Tuhan tidak ada yang sia-sia. Orang Sunda meyakininya sebagai “makanan surga yang turun dari kayangan.” Makan bersama sang primadona ini, dijamin, nambah nasi 3 kali adalah minimal!!
picture4.jpg
Kitab suci yang menyedihkan. Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling populer dan paling banyak dibaca setiap hari oleh miliaran Muslim di seluruh dunia. Ia adalah firman-firman Tuhan yang agung dan suci. Al-Qyr’an telah merubah dunia. Tapi, pesantren-pesantren tradisional dan masjid-masjid di kampung-kampung Indonesia memperlakukannya seperti ini. Masya Allah. Jadilah ini khas Indonesia. Tapi walaupun butut begini, jejak ini adalah kenangan manis santri-santri yang kini sukses jadi orang. Jejak ini juga telah melahirkan banyak ulama besar Indonesia.
picture5.jpg
Menjemur yang berdaya cipta. Hanya orang Indonesia yang kreatifnya sampe begini ini. Kepikiriin…. aja. Sayang buahnya masih mentah. Coba sudah mateng apalagi masak. Agak kuning langsat gitu, pasti buah ini merangsang.
Dunia truk yang khas. Naah … ini dia khas Indonesia yang lain. Tulisan-tulisan di truk sangat nikmat dicerna sebagai obat stress. Lihat saja contohnya di atas: “”Jail ih” (seorang anak menyingkapkan rok tante2 seksi). “Tak ada waktu untuk mama!”, “Pemburu Janda!” “Begini nasibku.” Yang lucu yang lain yang pernah saya baca misalnya: “Pulang malu tak pulang rindu,” “Antar istri, jemput pacar,” “Istighfar euy!” (nyindir pasangan yang sedang dilanda syahwat dalam mobil yang ada dibelakang truknya),” “Dirarang meroko sebelum ngopi!” Hahaha …. Dunia truk sngat menarik dan supir2 truk itu ternyata kreatif-kreatif juga. Kalimat-kalimat dan lukisan dalam truk adalah gambaran kehidupan para supir truk yang khas dalam dunianya ….
picture7.jpg
Pesta rakyat Agustusan. Walaupun banyak yang mengkritik, peringatan kemerdekaan bangsa kok acaranya hanya gini-gini aja, kurang bermakna. Biarin aja! Jaman kolonial kita gak bisa beginian. Gawat, bisa di dor sama kumpeni!! Mau?? Jangan sentimenlah, yang penting rakyat senang. Kapan pemerintah dan pejabat kita akan menyenangkan rakyat?? Kapan? Ayo jawab?? Gak bisa jawab kan?? Ya iyya laah….. wong mereka cuma mikirin perutnya sendiri.
picture8.jpg
Duduki dan turunkan!! Inilah satu-satunya cara kami menghentikan orang yang keasyikan berkuasa, lupa untuk giliran. Syusyah sih, sudah duduk lupa berdiri. Emang di negeri Indonesia yang besar ini hanya satu orang saja yang bisa jadi presiden? Enak aja. Gantian doong …!!! Syukurlah, sekarang sudah jamannya demokrasi.
picture9.jpg
Gapleh semalaman. Ini yang gak ada di negara maju yang masyarakatnya sering stress berat bahkan sampai bunuh diri. Ngapain bunuh diri, ya gak? Sudah hidup ini cape, bunuh diri lagi. Bodoh amat! Mendingan begini: gapleh dan begadang semalaman. Yang penting senang! Etos kerja? Tahi kucing! Kayak gak tahu aja. Di Indonesia, kerja keras banting tulang juga tetap aja gak ngaruuh …!! Tetap aja miskin. Kemakmuran ekonomi bukan hak kita, tapi hak segelintir orang yang dilindungi oknum-oknum pejabat dan hak para koruptor. Kalau orang kayak hidupnya senang karena kebanyakan duit, kenapa kami rakyat kecil gak boleh?? Jawab euy!!
picture10.jpg
Hujan-hujanan. Asyiiik… !! Beginilah kami orang kecil di kampung kalau mandi, bebas dan menyatu dengan alam. “We are strong and healthy!! Eh, lu bocah anak orang kaya? Orang gedean? Jangan ngikutin gue … bisa sakit lu! Ntar mami marah!” Pasti banyak orang gedean yang kini jadi pemimpin dan pejabat tinggi, waktu kecilnya di kampung kayak gini … ngaku laah!!
picture11.jpg
Pesta Liwet. Nikmaaat …… makan nasi liwet dan berjamaah di atas daun. Lambang demokrasi, egalitarianisme, keadilan, transparansi, persamaan hak, kerakyatan, gotong-royong, kebersamaan, kesetaraan dan lain-lain. Begitu banyak nilai-nilai universal yang terkandung dalam “the great culture of liwet” ini. An unimaginable joy!!cucuk jeung hulu.
dsc01570.jpg
Ratu Nyi Roro Kidul. Yang khas juga dari Indonesia adalah legenda. Kepercayaan pada legenda itu kuat dan dimana-mana sebagai peninggalan Hindu. Orang sudah pergi ke bulan, matahari dan planet plotu, kita masih ngurus legenda. Diperlihara lagi, seperti kamar khusus Ratu Nyi Roro Kidul di Samudra Beach Hotel No 13 ini, di Palabuhan Ratu Sukabumi. Dalam foto, suaminya, pemilik blog ini, nampak sedang salaman dengan istrinya Nyai Sang Ratu yang sedang berbaring tidak kelihatan. Uing tea…!!
Tamu sangat pasti. Inilah tamu setia dan sangat pasti yang khas datang ke Indonesia setiap musim hujan. Gak khas gimana, musim kering air surut, musim hujan pasti…pasti… dan pasti banjir. Gituuuu…. aja terus sepanjang tahun!! Akibat pembangunan yang tidak terencana, semrawut dan tidak dikendalikan, begitulah hasilnya. Di negara lain, ada juga dong banjir, tapi umumnya tidak terduga, misalnya karena badai topan dsb. Tapi indahnya Indonesia, banjir itu rutin alias selalu always. Tidak oleh badai, tapi oleh kekhasan Indonesia saja. Kalau musim hujan datang, haqqul yakin, pasti banyak banjir dimana-mana. Jangan tanya pemerintahlah, kesalahkaprahan pembangunan pemukiman sudah sangat parah. Coba gimana kita tidak bangga? Hidup Indonesia!!
Pulang… pulang … pulang… !! Ini yang indahnya tiada duanya di muka bumi, yang paling ditunggu-tunggu keluarga Indonesia. Setelah lebaran lalu mudik. Aaakh asyiknya kumpul bersama keluarga… Mudik tidak ada di negara lain. Apapun dikorbankan demi mudik, walaupun datang ke kampung tinggal nama alias tewas di perjalanan. Biarin, yang penting mudik!! Dan lucunya, banyak yang mudik, tapi jarang puasa Jadi, apa artinya ya??
Macet Parah Bin Rutin. Ini yang membuat jutaan masyarakat Indonesia stress. Hiiyyy…… maceet, menyebalkan dan sangat menyiksa. Menurut para psikolog, banyak masyarakat kota Indonesia “sakit jiwa” tanpa disadarinya karena seringnya disergap oleh kemacetan yang parah ini. Macet ada di negara lain, tapi di Indonesia sangat parah dengan kesadaran masyarakat yang rendah di jalan raya, tidak teratur, ingin menang sendiri, saling serempet, saling potong, saling jegal, berhenti seenaknya, belok seenaknya. Pokoknya biadab lah. Makanya, hidup tuh sebenarnya enak dikampung: damai, tenang, segar, udara bersih. Asal sabar jangan ingin kaya. Tapi yaa, ingin kayak yang belum tentu membuat hidup bahagia inilah yang didambakan oleh kebanyakan masyarakat kita. Masyarakat kita lebih mementingkan gengsi sih… Punya mobil kan gengsi dan disebut “sukses”, biarin ngutang juga, biarin tiap hari macet parah juga, stress juga, yang penting kata orang hebat, sukses dan kaya. Syusyah ….
Anak jalanan. Ini juga khas Indonesia, setidaknya saya tidak pernah menemukan atau nonton di TV luar negeri, anak-anak dibawah umur mengemis di setiap stopan jalan. Keluarga miskin yang tidak diurus oleh negara sebagaimana diamanatkan UUD 1945, memanfaatkan anak-anaknya mengemis. Dinas sosial tidak kelihatan geraknya. Anjal stopan nampaknya adalah khas Indonesia. Kesulitan bertahan hidup membuat mereka kemana saja bergerak untuk bisa makan dan banyak dari mereka yang menjadikannya profesi.
Menu terlezat di dunia. Naahh …. ini dia. Aduh, jadi laper nih… Makan sama sambal terasi dan ikan asin … eemmhh… nikmatnya so pasti, benar-benar khas Indonesia. Apalagi nasinya panas, makannya di pinggir sawah, nyoleknya pake lalaban segar dan petai, dan ketika makan sambil mengingat duit nangkring di rekening ratusan juta, mobil tujuh, dayang-dayang lima, helikopter dua, pembantu sepuluh, tanah sekabupaten, waah… dijamin asyik gak ketulungan. Sambal juga ada di negara lain, tapi sambal terasi yang diulek-ulek dan digoyang-goyang plus ikan asin hanya ada di Indonesia. Dua sejoli ini terkenal sebagai teman makan dan penggugah selera paling mantap di dunia …
Makan dengan kerupuk. Pernahkah Anda melihat orang di luar negeri makan always with kerupuk? Kayaknya tidak ada. Tradisi makan yang dihiasi suara “krauuk … krauuk…” ini benar-benar khas Indonesia. Diluar negeri ada kerupuk, tapi bukan kerupuk seperti ini yang terbuat dari tepung (aci) gini. Mereka mengenal juga crakerscrackers mereka itu bukan temannya makan berat tapi sebagai snake atau cemilan. Jadi, makan “krauuk… krauuk” begini benar-benar khas Indonesia yang tidak ada dimana pun di pelosok muka bumi ini. Makan dengan kerupuk konon adalah tradisi wajib orang Jawa. Banyak orang Jawa tidak bisa makan tanpa adanya suara simfoni indah “krauk … krauuk” dari makhluk yang satu ini. Yu ah kita rame-rame bikin paduan suara orkestra nasional: “krauuk…krauuk… krauuk!!” yang sangat berbeda dengan kerupuk Indonesia. Dan
Dapur yang “full memories.” Anda sudah kaya? Jangan melupakan warisan nenek moyang kita ini dong. Inilah kompor khas dan tertua di Indonesia. Di Sunda namanya hawu. Ada gak ya di negara lain? Mungkin ada tapi bentuk dan modelnya beda. Bagi saya, ini benar-benar khas Indonesia. Melihat kompor alami ini mengingatkan kita ke kampung halaman kita di desa, ke rumah kakek nenek dahulu, ke rumah-rumah orang pedesaan yang nyaman dan tentram. Rumahnya panggung dan kompornya tungku kayu bakar kayak gini. Bayangin aja, udara lagi dingin-dinginnya, kita duduk di depannya yang anget di atas tiker bambu, sambil menunggu bubuy sampeunyedot kopi panas yang kentel, rokoknya jarum coklat sambil menikmati dendang lagu-lagu dangdutnya Rhoma Irama dari radio transistor dua band… Aakh indahnya … Orang kota sekarang pada nyari situasi-situasi alami yang ginian. Makanya, rumah makan di mana-mana, kembali ke desain alami, yg dekat dengan alam seperti kita saksikan di banyak tempat, terutama di Jawa Barat. (singkong bakar) disitu,
angkot.jpg
Transportasi dunia keempat. Angkot benar-benar makhluk khas Indonesia. Ciri-cirinya adalah: (1) Berhenti dan belok semau gue, alias dimana aja, termasuk di bawah plang “Dilarang Parkir,” (2) orang-orang merokok bebas didalamnya yang sempit itu, (4) dan yang terbaru, pengamen. Karena lahan ngamen sudah semakin sempit, angkot pun akhirnya dipake ngamen juga. Kebanyakan asal genjreng, lagu kemana musik kemana, dan seperti foto diatas nyanyinya keluar lagi, jadi bukan untuk diperdengarkan kepada hadirin penumpang mercedes rakyat itu.
300px-jakarta_slumhome_2.jpg
The Kuw Muh Elite Village. Ini khas pemukiman elit Indonesia yang disebut kawasan “The Kuw Muh Elite Village.” Tidak elit gimana, adanya di posat kota metropolitan Jakarta. Disamping komplek elit ini adalah gedung-gedung menjulang tinggi, kapitalisme mengangkang penuh keangkuhan, hutan beton yang keras dan individualisme yang takabur. Sekelompok manusia yang nekat hidup di tengah keangkuhan itu akhirnya harus hidup dimana saja yang penting bisa tidur … Jakarta dan kota-kota besar Indonesia lainnya menghadapi problem rumit soal urbanisasi yang tidak diatur ini …
Kuda besi yang liar. Ini yang khas dari kuda Indonesia yang sekarang gak mau makan rumput lagi karena sudah berganti dengan premium. Spesies ini, dari Medan hingga Jayapura, memiliki ciri-ciri yang sama: bergimung seperti lalat, melabrak lampu merah, majunya nyerempet-nyerempet, kalau lagi macet trotoar jadi alternatif, pejalan kaki diserempet, di stopan menuhin zebra cross , dan melaju melawan arah. Karena produksinya tidak diatur, jalur khusus tidak dibuatkan, penegakkan hukum hanya soal tilang lalu polisi dapet duit, pengaturan sepeda motor akhirnya menjadi sangat susah dan rumit untuk rapih dan tertib. Hidup di Indonesia benar-benar merdeka. Hidup Indonesia ….!!
cari_untung.jpg
Bawaan tanpa perhitungan. Hanya di Indonesia, ada sepeda motor, becak atau orang jualan yang barangnya “menjulang tinggi ke angkasa” hingga menutupi pengendaranya. Atau, bawaannya tidak seimbang dengan pengendara dan Polisi tidak menegurnya atau menilangnya. Tidak ada keketatan di jalan raya di Indonesia demi keselamatan penumpang. Pedagang juga sama. Seperti foto diatas, barang-barang setoko dimasukin semuanya ke roda dagangannya. Ada gak ya di Amerika atau Jepang pemandangan unik begini??
Berdesakan. Di Indonesia, budaya antri adalah sangat mahal, karena mahal dan jarang ditemukan ketertiban berantri, jadinya ya khas Indonesia. Antri baru hanya ada di lembaga-lembaga modern seperti bank, kantor-kantor pemerintah dan swasta, kampus dll. Tapi berapa persen itu? Itu hanya pemandangan kecil di wilayah perkotaan, sedangkan kota-kota hanyalah titik-titik di negara besar Indonesia. Umumnya, di masyarakat terutama di pedesaan dan wilayah rurban (desa-kota) masih susah dengan budaya antri. Dan ada yang menarik, kalau pun masyarakat kita antri, biasanya badannya sampai bersentuhan bahkan merapat, sesuatu yang tidak ada di negara maju. Apalagi bila sudah ngantri kebutuhan pokok. Kesadaran rendah, penduduk yg terlalu banyak dan lahan yang sempit semua menyatu menjadi “adonan kekesalan” yang susah untuk di atasi. Kalau Anda, tidak merasakan ini khas Indonesia, coba sekali2, jangan diam di kantor mewah dan modern saja, di tempat-tempat yang nyaman saja, sekali2 ke daerah, ke terminal, ke tempat2 berjubel menyatu dengan masyrakat kecil agar merasakan aslinya Indonesia.
Juara korupsi. Ini yang menjadi kebanggaan Indonesia berpuluh-puluh tahun, sejak Orde Baru hingga kini Orde Reformasi. Korupsi belum berubah dan masih susah diberantas. Coba, kabupaten, propinsi dan lembaga mana yang benar-benar bersih korupsi di Indonesia? Tidak ada, yang ada adalah belum terungkap. Berkali-kali Indonesia menempati ranking pertama alias “the best” diantara negara paling korup di dunia. Kalau tidak ke-1, ya ke-2 atau ke-3. Budaya korup di kita merata dari supir angkot, pedagang kecil, pedagang di pasar hingga para pejabat tinggi, anggota DPR/MPR, bahkan lembaga peradilan tinggi yang seharusnya mengadili para koruptor. Benar-benar parah dan menyedihkan. Tapi itulah Indonesia yang kita cintai. Tentu saja kita muak. Tapi hanya muak, salah. Yang benar adalah mulai dari diri sendiri untuk tidak melakukan korupsi dari yang kecil-kecil seperti menipu, berbohong, curang, rakus dsb. Inilah akar-akar perilaku korupsi. Dan marilah kita dukung KPK sekuat-kuatnya.
Budaya latah. Inilah budaya khas Indonesia “modern” yang paling kampungan, memuakkan dan menyebalkan: BUDAYA LATAH!!!!! Ada American Idol, ikuuutt… Indonesian Dodol!! Mbok ya bikin yang idenya asli Indonesia, apa gak bisa?? Katanya banyak yg pinter-pinter. Acara latah begini banyak sekali di TV kita, yang tidak berangkat dari budaya dan tradisi Indonesia. Para pemilik dan pengelola televisi, adalah yang paling parah dan kampungan dalam soal mengembangkan budaya dan mental latah ini. Mental para pengelola televisi, para pengelola acara entertainment benar-benar udik!! Miskin pendirian, miskin ide, miskin mikir, miskin kreatifitas. Penyakit parah ini menganggap ‘keren’ dan ‘modern’ apa saja yang datang dari Barat. Ini mental rendah diri yang parah, mental inlander. Padahal, banyak sekali acara yang tidak cocok untuk masyarakat kita yang relijius dan kaya raya dengan ragam budaya ini. Para pengelola televisi yang pinter-pinter dan sukses di kota-kota itu sangat bodoh bahwa kita memiliki ratusan etnis, ratusan bentuk budaya dan tradisi, puluhan bahasa daerah dan dialeknya. Mana acara-acara TV yang mengangkat kekayaan tradisi bangsa itu? Mana acara-acara yang mendorong cinta tanah air dan nasionalisme? Tidak ada!! Generasi muda kita terus dicekoki oleh yg hingar bingar, yang hiruk pikuk, yang sekuler, yang datang dari luar. Akhirnya, artisme dan selebritisme menjadi pujaan, menjadi ideologi dan orientasi hidup anak-anak remaja. Kalau tidak kenal artis, kuno. Kalau tidak punya artis pujaan, kampungan. “Cita-cita luhur” banyak remaja sekarang adalah jadi artis sinetron. selebriti, model, jadi anak band. Cita-cita sampah!! “Aktifitas termulia” banyak remaja sekarang adalah shooting, audisi, nyanyi, kejar tayang, Icih Fansclub, Ijah fansclub. Yang begituan aja!! Idola para remaja bukan lagi para pahlawan bangsa atau mereka yang berprestasi seperti juara olimpiade matematika/fisika atau juara olah raga.
Modal murah hasil melimpah, buktikan sendiri http://www.investasiusaha.com/?id=guztra182
Credit to moeflich.wordpress.com
Sumber : http://www.beritaunik.net/unik-aneh/only-in-indonesia-unik-tiada-tara.html

Manusia Paling Bau Sedunia Tidak Mandi Selama 37 Tahun

img
Kailash Singh (dok: dailymail)
Varanasi, India, Biasanya orang mulai gatal-gatal dan bermasalah dengan bau badan jika seharian saja tidak mandi. Namun ada seorang pria yang tidak gatal sedikitpun meski tidak pernah mandi selama 37 tahun dan menjadi kandidat manusia paling bau sedunia.

Kailash Sigh, pria India berusia 65 tahun yang tinggal di kota suci Varanasi di tepi sungai Gangga terakhir kali mandi pada tahun 1974, tak lama setelah ia menikah. Sejak saat itu Singh juga tidak mencukur rambut gimbalnya yang panjangnya kini seudah melebihi tinggi badannya.

Saat ditanya alasannya, Singh mengaku tidak mandi agar suatu saat nanti bisa dikaruniai anak laki-laki. Ayah dari 7 anak yang seluruhnya perempuan ini berkeyakinan, jika ia konsisten tidak mandi maka suatu saat istrinya akan mengandung anak laki-laki.

Sementara itu istrinya, Kalavati Devi yang berusia 60 tahun juga tidak habis pikir dengan pola pikir suaminya. Devi sering mengancam tidak mau tidur seranjang jika Singh tidak mandi, namun ancaman itu tidak digubris sehingga Devi akhirnya menyerah.

Bisa dibayangkan bagaimana bau badan Singh yang sehari-hari bekerja di ladang di bawah terik matahari bersuhu 47 derajat celcius. Satu-satunya cara Singh membersihkan badan hanyalah dengan ritual 'mandi api' yakni menari di sekitar api unggun tiap malam sambil berdoa.

"Kami sering berusaha memandikannya secara paksa, tapi ia selalu berontak kemudian lari. Katanya ia pilih mati daripada harus mandi. Pokoknya ia hanya akan mandi kalau sudah punya anak laki-laki," ungkap Devi seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (24/6/2011).

Bukan hanya istrinya yang merasa terganggu, warga desa terutama anak-anak juga banyak yang mengolok-olok Singh. Setiap kali Singh melintas dengan sepedanya, anak-anak sering berlari mengikuti di belakangnya sambil meneriakkan ejekan seperti, "Tidak mandi! Tidak Mandi!"

Tidak seperti Devi dan warga desa yang lain, anak tertua Singh yakni Pooja justru bangga karena perilaku ayahnya tersebut membuatnya jadi populer di sekolahnya. Gadis 16 tahun tersebut mengaku banyak yang penasaran ingin bertemu dengan Singh sekedar untuk melihat secara langsung.

"Teman-teman selalu penasaran bagaimana ayahku bisa hidup bertahun-tahun tanpa mandi. Banyak dari mereka yang ingin melihatnya dengan mata kepala sendiri" kata Pooja.

Hingga kini belum ada rekor dunia yang resmi terkait bau badan seseorang. Namun dengan kebiasaan anehnya yang tidak pernah mandi dan mencukur rambut selama 37 tahun, Singh tampaknya sudah memenuhi syarat untuk menjadi kandidat manusia paling bau sedunia.

Sumber : http://www.detikhealth.com/read/2011/06/24/173659/1668060/763/manusia-paling-bau-sedunia-tidak-mandi-selama-37-tahun?l991101755

Kamis, 23 Juni 2011

Asta Kosala Kosali




Asta Kosala Kosali merupakan Fengshui-nya Bali, adalah sebuah tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di Bali yang sesuai dengan landasan Filosofis, Etis, dan Ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik (dewasa) membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya.
Untuk melakukan pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari Tubuh yang mpunya rumah. mereka tidak menggunakan meter tetapi menggunakan seperti
Musti (ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang menghadap ke atas),
Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka)
Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke kanan)
A Landasan Filosofis, Etis. dan Ritual
A.1. Landasan filosofis.
1.1. Hubungan Bhuwana Alit dengan Bhuwana Agung.
Pembangunan perumahan adalah berlandaskan filosofis bhuwana alit bhuwana agung. Bhuwana Alit yang berasal dari Panca Maha Bhuta adalah badan manusia itu sendiri dihidupkan oleh jiwatman. Segala sesuatu dalam Bhuwana Alit ada kesamaan dengan Bhuwana Agung yang dijiwai oleh Hyang Widhi. Kemanunggalan antara Bhuwana Agung dengan Bhuwana Alit merupakan landasan filosofis pembangunan perumahan umat Hindu yang sekaligus juga menjadi tujuan hidup manusia di dunia ini.
1.2. Unsur- unsur pembentuk.
Unsur pembentuk membangun perumahan adalah dilandasi oleh Tri Hit a Karana dan pengider- ideran (Dewata Nawasanga). Tri Hita Karana yaitu unsur Tuhan/ jiwa adalah Parhyangan/ Pemerajan. Unsur Pawongan adalah manusianya dan Palemahan adalah unsur alam/ tanah. Sedangkan Dewata Nawasanga (Pangider- ideran) adalah sembilan kekuatan Tuhan yaitu para Dewa yang menjaga semua penjuru mata angin demi keseimbangan alam semesta ini.
A.2. Landasan Etis
2.1. Tata Nilai.
Tata nilai dari bangunan adalah berlandaskan etis dengan menempatkan bangunan pemujaan ada di arah hulu dan bangunan- bangunan lainnya ditempatkan ke arah teben (hilir). Untuk lebih pastinya pengaturan tata nilai diberikanlah petunjuk yaitu Tri Angga adalah Utama Angga, Madya Angga dan Kanista Angga dan Tri Mandala yaitu Utama, Madya dan Kanista Mandala.
2.2. Pembinaan hubungan dengan lingkungan.
Dalam membina hubungan baik dengan lingkungan didasari ajaran Tat Twam Asi yang perwujudannya berbentuk Tri Kaya Parisudha
A.3. Landasan Ritual
Dalam mendirikan perumahan hendaknya selalu dilandaskan dengan upacara dan upakara agama yang mengandung makna mohon ijin, memastikan status tanah serta menyucikan, menjiwai, memohon perlindungan Ida Sang Hyang Widhi sehingga terjadilah keseimbangan antara kehidupan lahir dan batin.
B. Konsepsi perwujudan
Konsepsi perwujudan perumahan umat Hindu merupakan perwujudan landasan dan tata ruang, tata letak dan tata bangunan yang dapat dibagi dalam :
1. Keseimbangan alam
2. Rwa Bhineda, Hulu- teben, Purusa- Pradhana
3. Tri Angga dan Tri Mandala.
4. Harmonisasi dengan lingkungan.
5. Keseimbangan Alam:
Wujud perumahan umat Hindu menunjukkan bentuk keseimbangan antara alam Dewa, alam manusia dan alam Bhuta (lingkungan) yang diwujudkan dalam satu perumahan terdapat tempat pemujaan tempat tinggal dan pekarangan dengan penunggun karangnya yang dikenal dengan istilah Tri Hita Karana.
6. Rwa Bhineda, Hulu Teben, Purusa Pradhana.
Rwa Bhineda diwujudkan dalam bentuk hulu teben (hilir). Yang dimaksud dengan hulu adalah arah/ terbit matahari, arah gunung dan arah jalan raya (margi agung) atau kombinasi dari padanya. Perwujudan purusa pradana adalah dalam bentuk penyediaan natar. sebagai ruang yang merupakan pertemuan antara Akasa dan Pertiwi.
7. Tri Angga dan Tri Mandala.
Pekarangan Rumah Umat Hindu secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian (Tri Mandala) yaitu Utama Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai utama (seperti tempat pemujaan). Madhyama Mandala untuk penempatan bangunan yang bernilai madya (tempat tinggal penghuni)
dan Kanista Mandala untuk penempatan bangunan yang
bernilai kanista (misalnya: kandang).
Secara vertikal masing- masing bangunan dibagi menjadi 3 bagian (Tri Angga) yaitu Utama Angga adalah atap, Madhyama angga adalah badan bangunan yang terdiri dari tiang dan dinding, serta Kanista Angga adalah batur (pondasi).
8. Harmonisasi dengan potensi lingkungan.
Harmonisasi dengan lingkungan diwujudkan dengan memanfaatkan potensi setempat seperti bahan bangunan dan prinsip- prinsip bangunan Hindu.
C. Pemilihan Tanah Pekarangan.
1. Tanah yang dipilih untuk lokasi membangun perumahan diusahakan tanah yang miring ke timur atau miring ke utara, pelemahan datar (asah), pelemahan inang, pelemahan marubu lalah(berbau pedas).
2. Tanah yang patut dihindari sebagai tanah lokasi membangun perumahan adalah :
2.1. karang karubuhan (tumbak rurung/ jalan),
2.2. karang sandang lawe (pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalan),
2.3. karang sulanyapi (karang yang dilingkari oleh lorong (jalan)
2.4. karang buta kabanda (karang yang diapit lorong/ jalan),
2.5. karang teledu nginyah (karang tumbak tukad),
2.6. karang gerah (karang di hulu Kahyangan),
2.7. karang tenget,
2.8. karang buta salah wetu,
2.9. karang boros wong (dua pintu masuk berdampingan sama tinggi),
2.10. karang suduk angga, karang manyeleking dan yang paling buruk adalah
2.11. tanah yang berwarna hitam- legam, berbau “bengualid” (busuk)
3. Tanah- tanah yang tidak baik (ala) tersebut di atas, dapat difungsikan sebagai lokasi membangun perumahan jikalau disertai dengan upacara/ upakara agama yang ditentukan, serta dibuatkan palinggih yang dilengkapi dengan upacara/ upakara pamarisuda.
4. Perumahan Dengan Pekarangan Sempit, bertingkat dan Rumah Susun.
C.1. Pekarangan Sempit.
Dengan sempitnya pekarangan, penataan pekarangan sesuai dengan ketentuan Asta Bumi sulit dilakukan. Untuk itu jiwa konsepsi Tri Mandala sejauh mungkin hendaknya tercermin (tempat pemujaan, bangunan perumahan, tempat pembuangan (alam bhuta).
Karena keterbatasan pekarangan tempat pemujaan diatur sesuai konsep tersebut di atas dengan membuat tempat pemujaan minimal Kemulan/ Rong Tiga atau Padma, Penunggun Karang dan Natar.
C.2. Rumah Bertingkat.
Untuk rumah bertingkat bila tidak memungkinkan membangun tempat pemujaan di hulu halaman bawah boleh membuat tempat pemujaan di bagian hulu lantai teratas.
C.3. Rumah Susun.
Untuk rumah Susun tinggi langit- langit setidak- tidaknya setinggi orang ditambah 12 jari. Tempat pemujaan berbentuk pelangkiran ditempatkan di bagian hulu ruangan.
D. Dewasa Membangun Rumah.
D.1. Dewasa Ngeruwak :
Wewaran : Beteng, Soma, Buda, Wraspati, Sukra, Tulus, Dadi.
Sasih: Kasa, Ketiga, Kapat, Kedasa.
D.2. Nasarin :
Watek: Watu.
Wewaran: Beteng, soma, Budha, Wraspati, Sukra, was, tulus, dadi,
Sasih: Kasa, Katiga, Kapat, Kalima. Kanem.
D.3. Nguwangun
Wewaran: Beteng, Soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi.
D.4. Mengatapi
Wewaran : Beteng, was, soma, Budha, Wraspati, Sukra, tulus, dadi.
Dewasa ala : geni Rawana, Lebur awu, geni murub, dan lain- lainnya.
D.5. Memakuh/ Melaspas
Wewaran : Beteng, soma, Budha. Wraspati, Sukra, tulus, dadi.
Sasih : Kasa, Katiga, Kapat, Kadasa.
E. Upacara Membangun Rumah.
E.1. Upacara Nyapuh sawah dan tegal.
Apabila ada tanah sawah atau tegal dipakai untuk tempat tinggal.
Jenis upakara : paling kecil adalah tipat dampulan, sanggah cucuk, daksina l, ketupat kelanan, nasi ireng, mabe bawang jae. Setelah “Angrubah sawah” dilaksanakan asakap- sakap dengan upakara Sanggar Tutuan, suci asoroh genep, guling itik, sesayut pengambeyan, pengulapan, peras panyeneng, sodan penebasan, gelar sanga sega agung l, taluh 3, kelapa 3, benang + pipis.
E.2. Upacara pangruwak bhuwana dan nyukat karang, nanem dasar wewangunan.
Upakaranya ngeruwak bhuwana adalah sata/ ayam berumbun, penek sega manca warna.
Upakara Nanem dasar: pabeakaonan, isuh- isuh, tepung tawar, lis, prayascita, tepung bang, tumpeng bang, tumpeng gede, ayam panggang tetebus, canang geti- geti.
E.3. Upakara Pemelaspas.
Upakaranya : jerimpen l dulang, tumpeng putih kuning, ikan ayam putih siungan, ikan ayam putih tulus, pengambeyan l, sesayut, prayascita, sesayut durmengala, ikan ati, ikan bawang jae, sesayut Sidhakarya, telur itik, ayam sudhamala, peras lis, uang 225 kepeng, jerimpen, daksina l, ketupat l kelan, canang 2 tanding dengan uang II kepeng. Oleh karena situasi dan kondisi di suatu tempat berbeda, maka upacara
E.4. dan upakara tersebut di atas disesuaikan dengan kondisi setempat.
Asta Kosala Kosali – Fengshui ala Bali
Tanah dan tata letak rumah berpengruh terhadap kehidupan penghuninya.lontar asta kosala kosali atau asta bumi bisa dijadikan acuan.Bagaimanakah bangunan arsitek bali yang bisa membuat penghuninya bisa nyaman dan bahagia.
Menurut ida Pandita dukuh Samyaga,perkebangan arsitektur bangunan Bali,tak lepas dari peran beberapa tokoh sejarah bali Aga berikut zaman Majapahit. Tokoh Kebo Iwa dan Mpu Kuturan yang hidup pada abad ke 11,atau zaman pemerintahan Raja Anak wungsu di Bali banyak mewarisi landasan pembanguna arsitektur Bali.
Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah Mada ke Bali abad 14,juga ikut mewarnai khasanah arsitektur tersebut ditulis dalam lontar Asta Bhumi dan Asta kosala-kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur.
Penjelasan dikatakan oleh Ida Pandita Dukuh Samyaga.Lebih jauh dikemukakan,Bhagawan Wiswakarma sebagai Dewa Arsitektur,sebetulnya merupakan tokoh dalam cerita Mahabharata yang dimintai bantuan oleh Krisna untuk membangun kerjaan barunya.Dalam kisah tersebut,hanya Wismakarma yang bersatu sebagai dewa kahyangan yang bisa menyulap laut menjadi sebuah kerajaan untuk Krisna.Kemudian secara turun-temurun oleh umat Hindu diangap sebagai dewa arsitektur.
Karenanya,tiap bangunan di bali selalu disertai dengan upacara pemujaan terhadap Bhagawan Wiswakarma.Upacara demikian di lakukan mulai dari pemilihan lokasi,membuat dasar bagunan sampai bangunan selesai.Hal ini bertujuan minta restu kepada Bhagawan Wiswakarma agar bangunan itu hidup dan memancarkan vibrasi positif bagi penghuninya.Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali,bangunan memiliki jiwa bhuana agung (alam makrokosmos) sedangkan manusia yang menepati bangunan adalah bagian dari buana alit (mikrokosmos). Antara manusia (mikrokosmos) dan bangunan yang ditempati harus harmonis,agar bisa mendapatkan keseimbangan anatara kedua alam tersebut.Karena itu,mebuat bagunan harus sesuai dengan tatacara yang ditulis dalam sastra Asta Bhumi dan Atas Kosala-kosali sebagai fengsui Hindu Bali.
Tanah
Membuat rumah yang dapt mendatangkan keberuntungan bagi penghuninya,bagi rohaniwan dari Banjar Semaga,Desa Penatih,Denpasar ini harus diawali dengan pemilihan lokasi (tanah) yang pas.Lokasi yang bagus dijadikan bagunan adalah tanah yang posisinya lebih rendah (miring) ke timur (sebelum direklamasi). Namun di luar lahan bukan milik kita,posisinya lebih tinggi.Demikian juga tanah bagian utaranya juga harus lebih tinggi.Bila tanah di pinggir jalan,usahakan posisinya tanah dipeluk jalan.Sangat baik bila ada air di arah selatan tetapi bukan dari sungai yang mengalir deras.Air harus berjalan pelan,tetapi posisi sungai juga harus memeluk tanah ,bukan sebaliknya menebas lokasi tanah.Diyakini,aliran air yang lambat membuat Dewa air sebagai pembawa kesuburan dan rejeki banyak terserap dalam deras.
Selain letak tanah,tekstur tanah juga harus dipastikan memiliki kualitas baik.Tanah berwarna kemerahan dan tidak berbau termasuk jenis tanah yang bagus untuk tempat tinggal.Untuk menguji tekstur tanah,cobalah genggam tanah tersebut.Jika setelah lepas dari genggaman tanah itu terurai lagi,berarti kualitas tanah tersebut cocok dipilih untuk lokasi perumahan.Cara lain untuk menguji tekstur tanah yang baik adalah dengan cara melubangi tanah tersebut sedalam 40 Cm persegi.Kemudian lubang itu diurug (ditimbun) lagi dengan tanah galian tadi.
Jika lubang penuh atau kalau bisa ada sisa oleh tanah urugan itu, berati tanah itu bagus untuk rumah.Sebaliknya jika tanah untuk menutup lubang tidak bisa memenuhi (jumlahnya kurang) berati tanah tersebut tidak bagus dan tidak cocok untuk rumah karena tergolong tanah anggker.Akan lebih baik memilih tanah yang terletak di utara jalan karena lebih mudah untuk melakukan penataan bangunan menurut konsep Asta kosala-kosali.Misalnya membuat pintu masuk rumah,letak bangunan,dan tempat suci keluarga (merajan/sanggah).Lokasi seperti ini memungkinkan untuk menangkap sinar baik untuk kesehatan.Tata letak pintu masuk yang sesuai,akan memudahkan menangkap Dewa Air mendatangkan rejeki.
Kurang Bagus
Jangan membangun rumah di bekas tempat-tempat umum seperti bekas balai banjar (balai masyarakat), bekas pura (tempat suci), tanah bekas tempat upacara ngaben massal(pengorong/peyadnyan)bekas gria (tempat tinggal pedande/pendeta) dan tanah bekas kuburan.Usahakan pula untuk tidak memilih lokasi (tanah)bersudut tiga atau lebih dari bersudut empat.Tanah di puncak ketinggian,di bawah tebing atau jalan juga kurang bagus untuk rumah karena membuat rejeki seret dan penghuninya akan sakit – sakitan.Demikian juga tanah yang terletak di pertigaan atau di perempatan jalan (simpang jalan) tidak bagus untuk tempat tinggal tetapi cocok untuk tempat usaha.Tanah jenis ini termasuk tanah angker karena merupakan tempat hunian Sang Hyang Durga Maya dan Sang Hyang Indra Balaka.
Tata Letak Bangunan
Setelah direklamasi (ditata) diusahkan bangunan yang terletak di timur,lantainya lebih tinggi sebab munurut masyarakat bali selatan umumnya,bagian timur dianggap sebagai hulu(kepala)yang disucikan.Sedangkan menurut fungsui,posisi bangunan seperti itu memberi efek positif.Sinar matahari tidak terlalu kencang,dan air tidak sampai ke bagian hulu.Bagunan yang cocok untuk ditempatkan diareal itu adalah tempat suci keluarga yg disebut merajan atau sanggah.Dapur diletakan di arah barat (barat daya) dihitung dari tempat yang di anggap sebagai hulu (tempat suci) atau di sebelah kiri pintu masuk areal rumah, karena menurut konsep lontar Asta Bumi,tempat ini sebagai letak Dewa Api.
Sumur dan lumbung tempat penyimpanan padi sedapat mungkin diletakan di sebelah timur atau utara dapur.Atau di sebelah kanan pintu gerbang masuk rumah karena melihat posisi Dewa Air.
Bangunan balai Bandung (tempat tidur) diletakan diarah utara,sedangkan balai adat atau balai gede ditempatkan disebelah timur dapur dan diselatan balai Bandung.Bangunan penunjang lainnya diletakkan di sebelah selatan balai adat.
Pintu Masuk
Selain menemukan posisinya yang tepat untuk menangkap dewa air sebagai sumber rejeki ukuran pintu masuk juga harus diatur. Jika membuat pintu masuk lebih dari satu,lebar pintu masuk utama dan lainya tidak boleh sama.Termasuk tinggi lantainya juga tidak boleh sama. Lantai pintu masuk utama (dibali berbentuk gapura/angkul – angkul) harus dibuat lebih tinggi dari pintu masuk mobil menuju garase.jika dibuat sama akan memberi efek kurang menguntungkan bagi penghuninya bisa boros atau sakit-sakitan.Akan sangat bagus bila di sebelah kiri (sebelah timur jika rumah mengadap selatan) diatur jambangan air (pot air) yang disi ikan.
Ini sebagai pengundang Dewa Bumi untuk memberi kesuburan seisi rumah.Tak menempatkan benda – benda runcing dan tajam yang mengarah ke pintu masuk rumah seperti penempatan meriam kuno,tiang bendera,listrik dan tiang telepon atau tataman yang berbatang tinggi seperti pohon palm,karena membuat penghuninya sakit sakitan akibat tertusuk.Got dan tempat pembungan kotoran sedapat mungkin di buat di posisi hilir dan lebih rendah dari pintu masuk.Kalau menempatkan kolam di pekarangan rumah hendaknya dibuat di atas permukaan tanah(bukan lobang).Kolam di buat di sebelah kanan pintu masuk dengan posisi memelu rumah,bukan berlawanan.Karena keberadaan kolam yang tidak sesuai akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah. 

Ketut Bangbang Gde Rawi Sang Pelopor Kalender Bali

Ketut Bangbang Gde Rawi dilahirkan di Desa Celuk, SukawatiBali, pada 17 September 1910 sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Ayahnya adalah Jro Mangku Wayan Bangbang Mulat dan ibunya Jro Mangku Nyoman Rasmi. Beliau adalah pelopor kalender Bali. Berkat jasa Beliau lah, setiap keluarga Hindu bali di perantauan bisa tetap mengikuti hari-hari suci, yang ditetapkan berdasarkan kalender Jawa - Bali.
Kalender Jawa - Bali di tetapkan bersadarkan wewaran (dari ekawara s/d sapta wara). Di Jawa, saat ini yang tetap terkenal adalah Pancawara : Legi (umanis), Pahing (Paing), Pon, Wage, Kliwon.
Di Bali, Saptawara juga sangat dikenal (Redite, Soma, Anggara, Buda, Wrhaspati, Sukra, Saniscara). Diterjemahkan ke kalender internasional sbb : Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu.

Latar belakang

Gde Rawi belajar di sekolah Goebernemen Negeri di tempat kelahirannya di Sukawati. Setelah tamat dari Sekolah Menengah Atas, pada usia 19 tahun, Gde Rawi mengembangkan minatnya terhadap ilmu wariga, adat, dan filsafat agama Hindu. Untuk itu ia rajin mengunjungi pusat-pusat pengkajian agama, mempelajari lontar, menekuni wariga dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh agama. Ia juga tertarik pada bidang kesenian, seperti tari dan seni rupa. Ia sempat mengembangkan kecakapannya dalam memahat dan melukis selama tahun1930-an. Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai tukang jahit, berjual-beli pakaian jadi dan perhiasan emas.

Menekuni kalender

Pada awal 1940-an, sebelum kemerdekaan, Gde Rawi pernah diangkat menjadi perbekel di Celuk. Saat itu, ia mewarisi banyak pustaka lontar dan karenanya banyak orang yang datang kepadanya untuk berkonsultasi tentang hari-hari baik untuk upacara dan kegiatan adat lainnya. Namanya pun tersiar dan dikenal oleh masyarakat luas, sehingga tokoh-tokoh adat dan agama se-Kabupaten Gianyar memintanya untuk menyusun kalender. Dengan rendah hati ia menolak permintaan tersebut.
Namun, permintaan dan desakan semakin gencar, dan pada rapat-rapat sulinggih Bali Lombok antara tahun 1948-1949, dikeluarkan keputusan untuk memberikan kepercayaan kepada Gde Rawi untuk membuat kalender Bali. Gde Rawi akhirnya tak dapat menolak lagi. Setahun berikutnya ia mulai mengerjakan kalender tersebut dan dicetak oleh penerbit Pustaka Balimas, sebuah penerbit besar di Bali saat itu. 
Saat ini, berbagai penulis kalender Bali, telah mengikuti jejak Beliau. Bapak I Kt. Bangbang Gde Rawi, adalah sang pelopor. Kecintaannya pada sistem kalender Bali, telah mempermudah kehidupan beragama umat Hindu Bali di perantauan.
Wajah Beliau menghiasi kalender Bali, yang terpampang di ruang keluarga, mulai dari rumah petani di desa di kaki gunung Batur, sampai di rumah guru gamelan Bali di Washington DC.
Terima kasih, Pak Gde Rawi.